Selasa, 31 Mei 2022

Catatan Buku Value Investing Bab V

 Cara Cepat Mempelajari Laporan Keuangan Perusahaan, Sekaligus Menyeleksi Saham Secara Fundamental


  • sudah paham cara menentukan harga wajar saham, lebih ke murah / lebih ke mahal.
  • selanjutnya menilai kualitas fundamental
  • lebih mudah menyeleksi berdasarkan fundamental terlebih dahulu, baru diseleksi berdasarkan valuasinya, lalu manajemennya
Seleksi Awal Saham
  • Download laporan keuangan
  • Idx, publikasi, statistik, quarterly, download dalam bentuk pdf
  • Lihat 50 most active stock in trading value, saham blue chip
  • mulai proses screening
  • ingat data ini berubah setidaknya setiap 3 bulan
Poin-Poin yang Harus Diperhatikan pada Laporan Keuangan
  • Apa syarat perusahaan dikatakan bagus ? 
  • Pertama, perusahaan bertumbuh. Sebagai investor kita invest pada perusahaan yang nilainya naik dari waktu ke waktu, sehingga harga saham juga akan naik dengan sendirinya. Dilihat dari nilai modal/ ekuitas/aset bersih yang naik dari periode sebelumnya, semakin besar kenaikannya semakin baik.
  • Kedua, perusahaan harus menguntungkan. Mampu menghasilkan laba. Dilihat dari nilai laba bersih yang besar dibanding dengan nilai ekuitas perusahaan. ROE, semakin besar ROE semakin baik
  • Ketiga, perusahaan memiliki hutang yang jumlahnya wajar, lebih sedikit lebih baik.
Contoh Analisis Laporan Keuangan
  • Lihat total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
  • Lihat laba bersih, bukan laba komprehensif
  • ROE, bisa dikatakan bagus 15-20%
  • Lihat hutangnya, pada perusahaan perbankan, lihat laporan keuangan versi full, lihat rasio keuangan, CAR idealnya 15%, kurang dari 15% berarti perusahaan memiliki utang terlalu banyak
  • Saham non perbankan kita lihat DER, DER sebaiknya 1 kali atau kurang, 
  • Pengecualian untuk perusahaan-perusahaan konstruksi wajar DER lebih dari 1 kali
  • Kriteris-kriteria ini bisa longgar, karena jika hanya melihat saham-saham fundamental yang sangat bagus, maka pilihannya menjadi sangat sedikit dan biasanya valuasinya juga sudah mahal
Dalam value investing, kita tidak perlu membeli saham dari perusahaan dengan fundamental (dan manajemen) yang sangat baik.
Yang penting, harga jual dari saham tersebut setimpal atau lebih rendah dibanding kinerja keuangan/kualitas fundamental perusahaannya. Tapi juga tidak mentoleransi saham dengan fundamental yang jelek. 
Jadi jika ada saham yang tidak memenuhi tiga kriteria diatas, yasudah jangan dibeli.

Analisis Laporan Keuangan Secara Cepat
  • saham yang sama sekali tidak memenuhi 3 kriteria tidak perlu dianalisa lebih lanjut
Analisis Lebih Lanjut
  • ROE besar, periksa komposisi laba rugi, apakah benar laba berasal dari operasional perusahaan, atau penjualan aset ?
  • apakah kenaikan laba bersih selaras dengan kenaikan pendapatannya ?
  • jika ekuitas perusahaan bertumbuh, apakah pertumbuhan tersebut berasal dari peningkatan saldo laba atau karena adanya tambahan modal disetor ?
  • jika perusahaan memiliki utang besar, apakah utang tersebut mayoritas utang bank/obligasi yang memiliki beban bunga, atau utang usaha?
  • baca juga laporan tahunan, materi public expose, jika ada prospektus perusahaan, yang terpenting catatan ringkasan kinerja perusahaan secara historis dalam waktu lima tahun terakhir
  • jika sudah menemukan perusahaan dengan fundamental bagus, cek valuasinya, jika valuasinya juga bagus, beli
Memasukkan Saham-Saham yang Sangat Bagus (Kinerja konsisten, ROE Besar, dst) ke Dalam Watchlist
  • Dua jenis saham bagus, yaitu yang kinerjanya baik baru-baru ini saja, dan yang baik sejak sebelum-sebelumnya (ini fundamentalnya lebih bagus)
  • meskipun pada waktu tertentu kita belum bisa membeli saham-saham yang sangat bagus ini, harus tetap dimasukkan dalam watchlist untuk nanti dibeli ketika harganya sudah cukup murah (biasanya saat IHSG terkoreksi, perusahaan mengalami sedikit penurunan kinerja, perusahaan terkena sentimen negatif)
  • ketika saham-saham blue chip turun, itulah kesempatan !
  • tidak perlu membeli saham pada harga yang sangat murah, yang penting tidak terlalu mahal
Pilih Blue chip, atau Second Liner ?
  1. Saham yang sangat bagus mewakili perusahaan besar dan terkenal, laporan keuangan terakhirnya bagus, kinerja lima tahun terakhir bagus, valuasi cukup murah/ tidak bisa dikatakan mahal
  2. saham yang fundamentalnya cukup bagus tapi tidak istimewa, perusahaan tidak terlalu besar, valuasi saham sangat murah, PBV kurang dari 1 kali
  • disarankan memilih tipe pertama, saham tipe pertama meskipun ada penurunan, akan naik kembali, risiko investasinya sangat rendah. Never lose money !
  • saham-saham tipe dua, ketika turun, penurunannya bisa terus turun bahkan bangkrut
  • tapi tipe dua juga bisa berpotensi memberikan keuntungan yang sangat besar
  • jadi portofolio perlu dibagi untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan keuntungan



Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan6)

 Memasukkan Saham yang Sangat Murah (PBV kurang dari 1 kali) ke dalam Watchlist

Ketika ada perusahaan yang valuasinya rendah, maka terkadang bukan karena perusahaannya jelek, tetapi sedang jelek, sebelumnya pernah memiliki kinerja bagus. Suatu saat ketika perusahaan mencatatkan kinerja yang baik kembali, sahamnya juga akan serta merta naik, bahkan sangat signifikan.

Bagi perusahaan yang sejak dulu tidak pernah mencatatkan kinerja bagus sekalipun, bisa sewaktu-waktu mencatatkan kinerja bagus, jika valuasi sahamnya sejak awal sudah sangat murah, sahamnya bisa melompat dengan cepat setelah LK (dengan kinerja bagus) dirilis. Pada momen seperti inilah investor meraup keuntungan yang sangat besar.

Dalam hal ini masukkan dalam watchlist, daftar yang berisi saham yang akan diperhatikan meskipun belum tentu akan dibeli. Cek kinerjanya di setiap kuartal, ketika kinerja mulai membaik, eksekusi.

Pada perusahaan "turn over" ketika kinerjanya  memburuk kembali, jika nilai investasi tidak terlalu besar, tidak sampai triliunan, maka akan lebih mudah untuk menjual kembali dan masih untung.

Jika kita investor besar, mewakili perusahaan, lebih baik fokus pada saham-saham yang memiliki future value. Namun jika kita investor ritel, kita bisa memiliki watch list berisi saham murah, meski tidak dibeli, rutin diperiksa tiga bulan sekali (setiap LK nya keluar), ketika kinerjanya membaik dibeli, tunggu sampai naik dengan sendirinya.


Bagaimana dengan Indikator Valuasi yang Lain ?

Price to Earning Ratio (PER)

?

Rasio harga saham terhadap EPS perusahaan dalam satu tahun.

EPS adalah singkatan dari earning per share, laba bersih per lembar saham, laba bersih perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar.

contoh :

Perusahaan A

laba bersih = 1.5 triliun

jumlah saham beredar = 5 miliar lembar

EPS = 1.5 triliun dibagi 5 miliar = 300 per saham

posisi harga saham A di pasar = 3000

PER = 3000 dibagi 300 = 10 kali

jika harga saham A naik menjadi 3500

EPS tetap 300

PER = 3500 dibagi 300 = 11.7 kali

jika saham A turun 2500

PER = 2500 dibagi 300 = 8.3 kali

Jadi dapat disimpulkan semakin kecil PER, semakin murah sahamnya

biasanya EPS sudah adda di LK, pilih EPS dilusi (dihitung berdasarkan jumlah saham terbaru).

Setiap kali perusahaan menerbitkan LK terbaru, EPS yang dijadikan dasar perhitungan juga harus diperbarui.

Jika LK yang terbaru bukan LK tahunan (kuartal 4) maka EPS nya harus disetahunkan dulu:

1. kuartal 1, EPS dikali 4

2. kuartal 2, EPS dikali 2

3. kuartal 3, EPS dikali 4/3

Penulis lebih suka melihat dari PBV karena lebih konsisten, dihitung dari nilai ekuitas

PER dihitung dari laba bersih dalam tahun tertentu, laba bisa naik turun secara signifikan setiap tahunnya.

PER hanya cocok untuk saham-saham blue chip, perolehan laba stabil.


Patokan PER:

1. Kalau PER diatas 14 kali, apapun alasannya jangan beli

2. PER kurang dari 10 kali, boleh beli

3. PER kurang dari 7 kali, saham Grade A, pokoknya beli !


Pada saat IHSG bullish, sulit menemukan saham blue chip dengan PER dibawah 14 kali, 

IHSG bearish, saham blue chip biasanya PER 7 kali atau bahkan lebih rendah, pada saat inilah para value investor bergerilya belanja saham.

Tetapi saham dengan fundamental buruk, meskipun PER kurang dari 5 kali, jangan dibeli.


Masih banyak indikator lain, tapi penulis lebih cenderung pada PBV dan jika perlu PER. Sebagaimana Warren Buffet.

Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan5) Contoh Valuasi Saham Non Blue Chip

 Contoh Valuasi Saham Non Blue Chip

MTDL

fundamental bagus

ROE kuartal 1 2014, 18.8%

tidak terkenal, tidak likuid

artinya PBV wajar 1.9 kali, tidak boleh lebih

jika MTDL saat ini di harga 600 per saham, mencerminkan PBV 2 kali, sudah agak mahal, itulah sebabnya dua tahun sebelumnya harganya naik banyak dari harga 200-am (karena kinerjanya membaik, ROE nya meningkat), pada level harag 600 sudah sulit untuk naik lagi. 


MTDL bisa naik lebih lanjut jika LK berikutnya ekuitasnya naik , PBV turun, atau jika ROE naik lebih tinggi dari 18.8%. Jika yang terjadi sebaliknya, maka sahamnya akan turun.


Bagaimana Jika Saham yang Diincar Tidak Memiliki Future Value ?

ASII dan MTL adalah saham yang tidak bisa dibeli pada harga lebih rendah dari present value/PBV kurang dari 1 kali, karena sahamnya memiliki future value.

Bagi perusahaan mapan, track record bagus, ROE rata-rata diatas 20%, punya nama besar, PBV wajarnya 2.0-2.5 kali. Bahkan jika sahamnya sangat likuid maka PBV wajarnya menjadi 2.5-3.0 kali. Jadi kita harus mengupayakan mebelinya pada harga yang mencerminkan kisaran PBV tersebut/ lebih rendah.


Bagaimana dengan saham yang tidak memiliki future value ?

harus dibeli pada harga dibawah present value, PBV kurang dari 1 kali, jangan sampai diatas 1.5 kali, tapi ingat "lebih baik membeli saham bagus yang dijual di harga sewajarnya daripada saham jelek yang dijual dengan harga yang sangat murah"

ketika saham jelek dijual pada harga murah, mungkin karena dia memang murahan.

Jadi ketika kita menemukan saham yang tidak menawarkan future value, fundamental jelek, laba minus/rugi, terlepas harganya sangat murah, lebih baik membeli saham dengan fundamental yang lebih baik, tidak apa meskipun harganya sedikit lebih mahal selama harga tersebut tetap lebih rendah dari future value nya.

Senin, 30 Mei 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan4)

 Metode Lain yang Lebih Sederhana untuk Menentukan pada Harga Berapa Saham Dapat Dikatakan Murah ?

contoh :

ASII Rp 7.200 per saham,

LK Kuartal I 2014, harga terbilang mahal

tapi di LK periode berikutnya, jika memang kinerja perusahaan lebih baik, ekuitasnya naik, maka Rp 7200 mungkin bisa dikatakan murah karena PBV nya menjadi lebih rendah

jika pakai metode simpel, apakah kesimpulannya akan tetap sama ? ASII 7200 termasuk mahal ?

cara mengecek :

nilai saham ASII Kuartal ASII = Rp 2197 per saham

harga di pasar = 7200 per saham

maka PBV = 3.3 kali

Rumus PBV yang dianggap wajar :

1. Jika ROE 10%, maka PBV wajarnya adalah 1 kali

2. Jika ROE 20%, maka PBV wajar 2 kali

3. Jika ROE 30%, maka PBV wajar 3 kali

4. Jika ROE 40% bisa dikecualikan karena sangat jarang

ROE ASII = 21.2%

PBV wajar ASII = 2.1 kali

sekarang PBV ASII = 3.3 kali

jadi valuasi ASII saat ini terbilang mahal

PBV ASII harus dibawah 2.1 berarti harganya harus dikisaran 4500 atau dibawahnya, padahal pada tahun 2013 saat IHSG berada di titik terendah harga ASII hanya di kisaran 5000 an


Maka ada hal lain yang harus diperhatikan, 

Selain faktor PBV dan ROE ada juga faktor :

1. Nama besar dan reputasi perusahaan

2. Likuiditas sahamnya

Jadi jika ada dua saham dengan ROE yang sama, saham A memiliki nama besar dan sangat likuid, saham B tidak, valuasi saham A sudah selayaknya lebih tinggi dibanding saham B

karena semua orang lebih menyukai saham terkenal dan volume perdagangannya likuid, sehingga valuasi sahamnya tidak pernah terlalu rendah, setiap kali turun, ada investor yang menjual dalam jumlah besar, selalu ada investor lain yang membelinya dalam jumlah besar pula, sehingga harganya tidak turun lebih rendah lagi.

ASII memenuhi dua kriteria tersebut, terkenal, reputasi baik, sahamnya likuid, bahkan merupakan salah satu perusahaan paling terkenal di BEI, dan sahamnya juga salah satu yang paling likuid. Artinya ? valuasi bagi ASII tidak bisa disamakan dengan saham kebanyakan melainkan harus lebih tinggi.

bagi saham lain PBV wajar 2.1 kali jika ROE nya 21.2%, maka bagi ASII PBV wajar harus lebih tinggi, berapa ? tidak ada batasan 2.7 - 3.0 kali. Harga wajarnya berati 6000-6600. Maka beli pada harga murah jika dibawah 6600 atau bahkan di bawah 6000, apapun alasannya jangan beli di atas 6600, sederhana bukan ?

kesimpulannya tetap sama dengan cara "rumit" sebelumnya. 7200 masih mahal.

Selain itu beberapa orang menganggap dua saham dari dua sektor yang berbeda, maka standar valuasinya juga harus dibedakan. Tetapi menurut pengalaman penulis itu tidak berpengaruh.

Jadi ada saham-saham dengan PBV tinggi, tetapi harga tidak turun-turun, ROE nya tinggi, perusahaan-perusahaan ini terkenal, sahamnya likuid, PBV nya tinggi meskipun dalam kondisi pasar yang sedang terkoreksi. 

Ada faktor-faktor kualitatif seperti nama besar, kekuatan merks, valuasi sahamnya berbeda meskipun ROE nya sama. Contoh BBRI vs BBCA, BBRI PBV lebih rendah daripada BBCA, bahkan ketika ROE BBRI lebih tinggi, Bank BCA lebih terkenal dari sisi popularitas.


Sabtu, 28 Mei 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan3)

 Bagaimana Cara Mengecek Akurasi / Ketepatan dari Future Value Hasil Perhitungan ?


Bagimana kita bisa tahu bahwa angka Rp 5,400- Rp 6,000 benar-benar future value dari ASII ?

Hal ini tidak dapat dipastikan. Future Value merupakan angka yang subjektif (Rp 5,422 diperoleh dengan sumsi ROE 21.2% dengan jangka waktu 5 tahun, jika asumsi diubah, maka hasil perhitunganpun berbeda).

Yang terpenting bukanlah mengetahui nilai persis dari future value, kita tidak bisa melihat masa depan, kita hanya bisa memperkirakan.

Yang terpenting adalah kita bisa membeli saham pada harga jauh lebih rendah dari perkiraan future value nya.

Dalam hal ini kita mengetahui harga wajar dari suatu saham, kita akan mengetahuinya jika saham dijual pada harga yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah.

Tindakan yang perlu kita lakukan dalam value investing adalah membeli saham pada harga yang lebih rendah dibanding perkiraan harga wajarnya, bukan berusaha mengetahui persisnya harga saham yang diincar.

Pada contoh ASII, perkiraan harga wajarnya adalah kurang lebih Rp 6000, hal ini sudah selaras dengan harga pada tahun-tahun sebelumnya, sahamnya selalu bergerak di rentang Rp 5100 - Rp 7800. Jadi kita mengusahakan membeli pada harga lebih rendah dari 6000. Jika harga ASII berada di level 7200 maka ada dua opsi:

1. Menunggu ASII turun harga

2. Mencari saham lain yang lebih murah

Bagaimana jika ASII tidak turun harga ? cari saham lain, jika hanya ingin ASII maka beli di harga saat ini namun gunakan sebagian dana. Jika ternyata ASII turun, kita beli dengan sisa dana, jika ASII naik gunakan sisa dana untuk membeli saham yang lain yang masih murah.

Bisa saja ASII akan tetap naik bertahun-tahun kemudian di masa yang akan datang, walau bagaimanapun juga untuk memaksimalkan keuntungan - tujuan dari value investing - sebaiknya kita membeli pada harga as low as possible, bisa saja suatu ketika IHSG turun, ASII turun ke harga wajar, saat itulah kita bisa membelinya.


Mengapa saham ASII bisa begitu mahal ? apakah jangan-jangan 7200 sudah harga wajarnya ?

hukum ekonomi klasik, permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga saham dalam jangka pendek sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan, jadi tidak selalu dipengaruhi oleh fundamental.

Misal ada sentimen positif, saham ASII tinggi, karena ada pemberitaan bahwa perusahaan akan bla bla bla, maka harganya pun akan terbang tinggi.

Sebaliknya ketika terjadi peristiwa gejolak politik atau ekonomi, investor nervous, permintaan saham-saham akan turun (termasuk ASII), maka harga saham anjlok.

Peristiwa naik turunnya harga akan terjadi setiap saat, tanpa henti, bergantung dari tinggi rendahnya permintaan dan penawaran. Ada kalanya harga saham terus naik hingga menjadi sangat mahal, ada kalanya harga saham terus turun hingga menjadi rendah aka murah.

Tetapi saham bukanlah sembako yang kita harus tetap beli meskipun harga mahal.


Kamis, 26 Mei 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan2)

 Cara Menghitung Future Value

Ada banyak metode untuk menentukan future value, namun cara sederhana yang biasa digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan Return on Equity (ROE).

ROE adalah nilai laba bersih dalam setahun dibandingkan nilai aset bersih perusahaan.

Contoh :

Pada kuartal I 2014, ASII

laba bersih = Rp 4.7 Triliun

dikali 4 (kuartal) = Rp 18.9 Triliun

Aset bersih ASII = Rp 88.9 Triliun

maka ROE = 0,212 atau 21,2%


ROE seperti bunga bank. Katakanlah kita menabung deposito Rp 100 juta, jika bunga 5% per tahun maka di akhir tahun kita akan mendapat Rp 5 juta. Jika Rp 5 juta ini tidak dicairkan maka pada tahun kedua nilai deposito kita adalah Rp 105 juta + 5% dari Rp 105 juta = Rp 110,25 juta. Pada akhir tahun ketiga Rp 115.76 juta dan seterusnya


kembali pada contoh ASII

ROE = 0,212 atau 21,2%

maka nilai saham ASII pada akhir tahun 2014 adalah nilai saham/present value pada akhir tahun 2013 ditambah 21,2%

nilai saham ASII di akhir tahun 2013 = Rp 2.073 per saham

maka nilai saham ASII pada tahun 2014 = 2513

2015 = 3046

2016 = 3691

2017 = 4474

2018 = 5422 (inilah future value ASII)

Mengapa dihitung 5 tahun kedepan? karena jika dihitung 3 tahun saja maka akan terlalu kecil, jika dihitung 10 tahun ke depan maka akan terlalu besar

*faktor inflasi sudah termasuk

*faktor dividen diabaikan karena dividen akan diterima oleh investor


jika kita memegang ASII smapai lima tahun ke depan, dan nilai ASII benar-benar menjadi 5422, (jika tidak ada krisis dan IHSG tidak anjlok), harga dari saham ASII juga akan meningkat signifikan, karena jika present baluenya 5422, maka future value nya juga akan lebih besar lagi.


Lalu bagaimana kita bisa yakin ROE sekitar 20% tersebut akan mampu diraih oleh ASII secara konsisten, maka lihat juga track recordnya.

Melihat track record ROE sangat penting karena terkadang ada perusahaan dengan ROE  besar namun ternyata di tahun-tahun lain labanya kecil. Hal ini berarti kinerja perusahaan tidak konsisten. Jadi kita tidak bisa mengasumsikan bahwa perusahaan akan secara konsisten mencetak laba dalam lima tahun ke depan. Apalagi pada perusahaan yang belum mencetak laba. 

Jadi harga 7200 adalah mahal karena jauh lebih tinggi dari future value. Kalaupun future value ASII lebih tinggi dari 5422 (jika ROE lebih tinggi), rasa-rasanya kita tetap tidak bisa mengatakan bahwa future value akan mencapai Rp 7200 per saham.

Namun Jika kita mau optimis, katakanlah future value ASII Rp 6000, maka kita bisa membeli ASII pada harga Rp 6000 atau dibawahnya



Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan1) - Lebih lanjut tentang Future Value

 Lebih lanjut tentang Future Value


Masih pada contoh soal ASII:

*Dalam kaidah value investing, jika kita tidak bisa membeli ASII pada harga lebih rendah dari present value (PBV kurang dari 1x), maka kita harus tetap membelinya pada harga yang lebih rendah dari future value nya

*tidak semua saham memiliki future value. Saham memiliki future value jika terdapat asumsi yang kuat bahwa perusahaan akan menghasilkan keuntungan/laba bersih di masa yang akan datang, di mana laba akan terakumulai dan mengingkatkan nilai aset bersih perusahaan.

*cara melihat future value adalah dengan melihat track record kinerja di masa lalu. Track record pertumbuhan nilai aset bersih, pendapatan, dan laba bersih pada periode-periode sebelumnya.

Catatan :

1. Aset bersih/ekuitas adalah aset bersih di luar kepentingan non pengendali

2. Laba bersih adalah laba tahun berjalan (bukan laba komprehensif) yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk, alias pemegang saham ASII. Jadi sudah dikurangi bagian untuk kepentingan non pengendali. Sebab kepentingan non pengendali ini bukan pemegang saham perusahaan. Sementara laba komprehensif menyertakan laba/rugi yang tidak nyata alias hanya bersifat pembukuan, seperti keuntungan derivatif, kerugian kurs, selisih laba karena pembukuan, dll.

Contoh kasus :

A. Pada tahun 2007, present value ASII adalah Rp 666 per saham. Jika seseorang membeli saham ASII pada tahun 2007 pada harga Rp 1.350 (PBV 2X), maka pada tahun 2011 dia akan balik modal dimana nilai ASII telah mencapai Rp 1.493 per saham, jadi sudah lebih besar dari saat membeli saham dulu, selain itu selama 4 tahun mendapatkan dividen dari ASII yang juga meningkat setiap tahunnya.

Jadi investor membeli saham pada harga dua kali lipat dibanding nilai aset bersih perusahaan, namun ASII memiliki future value, 

B. Lalu bagaimana jika seseorang akan membeli saham ASII pada harga saat ini  (Rp 7.200 per saham) ?

PBV 3,3X,  apakah itu cukup murah ?

Nilai ekuitas ASII saat ini = Rp 88.9 triliun

namun angka ini harus meningkat minimal 3.3 kali lipat dalam beberapa tahun ke depan (Rp 300 triliun), agar investasinya balik modal

Pertanyaannya, seberapa yakin kita bahwa nilai aset bersih ASII ini akan tumbuh hingga mencapai Rp 300 triliun ? terlepas dari dividen yang akan diterima, jika yakin pada pertumbuhan aset, maka berapa tahun yang diperlukan untuk menumbuhkan aset bersih hingga mencapai Rp 300 triliun ?

Jadi harga Rp 7200 bagi ASII terbilang mahal. Bahkan dengan PBV 3.3X sudah termasuk mahal.

Analogi mudah future value (halaman 60-63)


Senin, 18 April 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 4 - Metode Sederhana untuk Menilai Harga Wajar Saham

 Metode Sederhana untuk Menilai Harga Wajar Saham

*ketika kita akan membeli saham, kita harus membeli saham pada harga undervalue. Dengan demikian kita harus mengetahui harga wajarnya/value dari saham tersebut/nilai intrinsiknya.

*Sebuah saham / perusahaan memiliki dua macam value:

1. Nilai perusahaan pada saat ini (present value)

2. Nilai perusahaan di masa yang akan datang (future value)

Present Value

*present value adalah nilai dari aset-aset bersih perusahaan, aset yang sudah dikurangi seluruh utang-utang/kewajiban, istilahnya adalah ekuitas.

ekuitas / aset bersih inilah yang dimiliki oleh pemegang saham

misal pada tahun 2014, ASII memiliki aset bersih 88,9 triliun, meskipun kita hanya memiliki 1 lot saham, maka kita adalah salah satu pemilik dari aset senilai 88,9 triliun tersebut.

Modal ditempatkan dan disetor penuh 40.483.553.140

Maka nilai per lembar saham ASII adalah 88.9 T dibagi 40.5 M= 2197 per saham

2197 inilah present value atau book value

Harga saham ASII adalah 7200

7200/ 2197 = 3.3 kali

3.3 kali adalah PBV atau price to book value

atau harga yang harus dibayar untuk mendapatkan sebagian aset perusahaan. 

3.3 kali ini dapat diartikan kita membayar 33 juta untuk mendapat bagian aset 10 juta (3.3 kali lipat) 

Jadi semakin tinggi PBV artinya semakin mahal harga sahamnya. 

*Jika membeli saham pada PBV 1 kali maka uang yang dikeluarkan setara dengan nilai perusahaan yang didapatkan

*Jika membeli saham pada PBV 2 kali maka membayar 2 kali lipat

*Jika membeli saham dengan PBV 0.7, seperti hanya membayar 7 juta untuk aset senilai 10 juta

*Jika kita menilai ASII hanya dari present value maka jelas ini adalah saham yang mahal

Tetapi mungkinkah ASII akan turun hingga book value nya? 

Jadi mengapa ASII harus dibeli pada harga yang lebih tinggi dari nilai asetnya? Karena ASII memiliki ekuitas bertumbuh. 

*jika pada kuartal I 2014 ekuitas ASII adalah 88.9 T, kira-kira berapa ekuitasnya pad akhir 2014 ? Hampir pasti lebih dari 88.9 T. Mengapa ? Karena ASII dari tahun ke tahun terus mencetak laba, akumulasi laba akan masuk pada ekuitas meskipun sudah dikurangi deviden kepada pemegang saham. 

Inilah yang disebut dengan future value

Di BEI tidak hanya ASII yang memiliki PBV lebih dari 1, rata-rata 2-3 x karena harga tersebut mencerminkan future value.

*Meskipun kita tidak bisa membeli ASII pada undervalue/pada PBV 1x/PBV kurang dari 1x, namun itu bukan berarti kita boleh membelinya pada harga berarapun


Minggu, 17 April 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 3 - Tiga Elemen Penting dalam Value Investing

 Tiga Elemen Penting dalam Value Investing


*tidak setiap hari ada orang yang butuh uang dengan segera sehingga rela melepas asetnya di harga yang lebih rendah.

*ketika kita menemukan aset yang dijual pada harga yang lebih rendah, tidak serta merta kita langsung membelinya, kita tetap harus mengecek semua kelayakannya terlebih dahulu

*pastikan penjual adalah pihak yang terpercaya

1. harga saham yang akan dibeli haruslah murah, lebih rendah dari harga seharusnya, namun tidak setiap hari kita menemukan saham dengan kriteria seperti ini

2. ketika ada saham dengan harga murah, pastikan saham tersebut mewakilkan perusahaan yang bagus (fundamental bagus dan track record konsisten)

3. beli saham perusahaan yang terpercaya (bukan hanya sekedar harga murah dan perusahaannya tampak bagus)

1,2,3 sama pentingnya, bukan urutan prioritas

Ketika mencari saham yang akan dibeli, cara yang bisa ditempuh :

a. Seleksi berdasarkan harga terlebih dahulu, kemudian melihat kinerja keuangannya. (ketika IHSG sedang tinggi-tingginya)

b. Seleksi berdasarkan fundamentalnya terlebih dahulu (termasuk kualitas manajemennya), kemudian baru lihat harganya. (yang biasa penulis lakukan) 

yang penting saham yang dibeli memenuhi kriteria 1,2,3

*jangan membeli saham bagus pada harga mahal, atau membeli saham murah dengan kualitas fundamental yang jelek

*belilah saham bagus pada harga murah (undervalue)

*tujuan value investing : hanya berinveasti pada saham-saham terbaik dari sisi kualitas, harga beli, dan orang-orang di dalamnya 

Pertanyaan Selanjutnya 

  1. Bagaimana cara untuk mengetahui persisnya nilai sebuah saham ?
  2. Bagaimana cara mengetahui apakah harga suatu saham tertentu lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari yang seharusnya ?
  3. Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa harga suatu saham adalah murah, wajar, atau mahal ?
  4. Bagaimana cara membedakan saham yang bagus dengan yang jelek ?
  5. Bagaimana membedakan saham yang murah dengan yang murahan ?
  6. Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa saham yang akan kita beli mewakili perusahaan yang dikelola oleh manajemen yang kompeten dan bisa dipercaya ?
  7. Bagaimana jika kita tidak dapat menemukan saham yang memenuhi kriteria diatas ?


Catatan Buku Value Investing Bab 2 - Value Investing : Metode Paling Santai Sekaligus Paling Menguntungkan dalam Investasi Saham

 Value Investing : Metode Paling Santai Sekaligus Paling Menguntungkan dalam Investasi Saham 


The Beauty of Value Investing

*value investor adalah orang/institusi yang membeli saham/perusahaan menggunakan metode value investing

*analogi jual beli mobil halaman 24-26

*belilah saham pada harga yang lebih rendah dari yang seharusnya


Saham turun ? Be happy !

*kebanyakan investor saham hanya fokus pada harga dari saham, bukan nilainya.

*naik turunnya harga saham disebabkan oleh bid(permintaan) dan offer(penawaran)

*ketika harga saham naik turun, nilainya tidak naik turun juga. 

*Apa itu nilai saham ? saham adalah aset. Setiap lembar saham yang anda pegang mewakili aset dari perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.

*Nilai perusahaan cenderung meningkat dari waktu ke waktu dengan catatan perusahaan beroperasi dengan benar(mencetak laba secara konsisten).

*Pada saham bisa bersantai karena semakin lama dijual, kemungkinan perolehan keuntungan akan semakin besar seiring dengan kenaikan nilai saham, tidak peduli harganya naik/turun. 

*harga saham ditentukan oleh bid dan offer, tidak selalu karena perubahan nilai saham. Misal saham yang kita miliki nilainya 1000, namun dipasaran harganya masih 700, maka bukan karena nilai saham tersebut turun, tetapi hanya karena di pasar belum ada yg bersedia membeli di harga 1000, posisi bid dan offer bertemu di harga 700. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan hal ini seperti : 

1. Kondisi pasar sedang lesu/investor sedang tidak bersemangat (IHSG anjlok)

2. Saham sedang dilanda sentimen/pemberitaan negatif sehingga ramai-ramai orang menjual

3. Orang-orang belum menyadari bahwa saham tersebut murah

4. Memang tidak ada penyebab spesifik (memang lagi turun aja!)

*analogi perusahaan dan tanah (hal 29-30)

*trader harus melihat / stand by di depan komputer, value investor hanya perlu melihat bahkan sebulan sekali saja. 

Value investing : metode paling menguntungkan

*dalam investasi pendekatannya bukanlah meraup keuntungan sebesar-besarnya tetapi mengurangi pengeluaran hingga sekecil-kecilnya ( trading fee ) 

*ketika kita jual/ beli, untung/rugi, sekuritas tetap mendapatkan trading fee

*semakin sering melakukan transaksi jual beli saham, maka semakin besar pula kemungkinan/risiko melakukan kesalahan yang menghasilkan kerugian

*perhatikan betul efisiensi 

*value investing pasti lebih efisien daripada trading tiktok, untung sekian persen minus trading fee, saat rugi nilai portofolio bisa turun dengan drastis, 

*value investor biasanya hanya membeli saham senilai 1000 pada harga 700/600/lebih rendah, tanpa berupaya memperoleh keuntungan ekstra dengan cara trading cepat. Jika saham tersebut langsung naik hingga ke posisi 1000/lebih dalam jangka waktu beberapa bulan/kurang, maka bisa dijual dulu (anggap keberuntungan). Tetapi jika tidak, selama tidak ada perubahan fundamental dari saham yang bersangkutan, maka akan terus di hold. 

*Ingat lagi, nilai saham dari tahun ke tahun akan terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan perusahaan, dalam hal ini pertumbuhan aset/modal bersih karena akumulasi laba bersih.

*di BEI ada banyak saham yang bisa niak hingga 100% atau lebih dalam kurun waktu 2 tahun/kurang, keuntungan ini dapat diraih tanpa perlu repot jual beli tiap hari dan membayar trading fee.

*lebih baik beli saham kemudian hold daripada tik tok setiap hari


Value vs Prospect

*terbiasa pada pola pikir membeli saham undervalue, jadi sudah untung sejak awal meski belum terealisasikan, tidak perlu pusing memikirkan kenaikan dan penurunan setiap saat, karena nanti akan naik-naik sendiri

*value investing tidak mempertaruhkan apapun (misal mempertaruhkan 200 juta untuk keuntungan 300 juta yang belum pasti)

*jangan membeli sesuatu dengan harga yang lebih mahal karena tergiur oleh prospek, karena jika prospek ini tidak terjadi maka akan menjadi kerugian.

*Ketika menerapkan value investing dalam membeli saham, yang kita perhatikan adalah value sahamnya, baik itu present value maupun future value, kemudian membelinya di harga saham undervalue.


Catatan Buku Value Investing Bab I - Cara untuk Mempelajari Segala Sesuatu Tentang Perusahaan Hingga Sedetail-detailnya

 Cara untuk Mempelajari Segala Sesuatu Tentang Perusahaan Hingga Sedetail-detailnya

Definisi Investasi

*Saham adalah aset

*Investasi adalah kegiatan pembelian aset yang diharapkan akan memberikan keuntungan berupa kenaikan dari nilai aset itu sendiri atau perolehan dividen.

*Analisis mutlak diperlukan untuk menghindarkan dari ketidakjelasan dan spekulasi.

Sumber Utama Informasi untuk Menganalisis Saham

*Gunakan informasi dari pihak pertama yaitu perusahaan itu sendiri

www.idx.co.id

1. Laporan Keuangan

2. Laporan Tahunan

3. Materi public expose

4. Laporan Hasil public expose

5. Prospektus, jika ada

(Urutan berdasarkan skala prioritas, Laporan keuangan yg paling pertama).

Analisis Cepat

*Dilihat dari laporan keuangan, jika baik maka lanjut ke dokumen berikutnya. Jika laporan keuangan sudah menunjukkan hasil tidak baik maka tidak perlu membuang waktu untuk dokumen selanjutnya. 

*Masih ada dokumen-dokumen lain yang seperti dokumen keterbukaan informasi, press release, dsj. 

*Hal seperti ini penting diperhatikan untuk menghindari hoax dari media. Informasi yang release di Idx adalah informasi resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan. 

*Ingat ! Pembelian saham tanpa analisis adalah spekulasi, bukan investasi.

Beberapa mitos terkait sulitnya investor memperoleh informasi : 

1. Investor kecil pasti kalah dengan investor besar karena akses informasi investor besar jauh lebih baik. 

Kenyataannya seluruh informasi perusaahn terbuka dapat diakses oleh siapapun. Investor besar memiliki tim untuk mempelajari seluruh dokumen secara mendetail sedangkan investor kecil melakukan analisis secara individu. 

2. Informasi di BEI tertutup

Kenyataannya memang BEI tidak pernah mengedukasi investor. 

*Contoh metode investasi yang perlu dipertanyakan : 

tidak melakukan analisis dokumen perusahaan, memilih berlangganan informasi dari bloomberg, rekomendasi saham (yang belum tentu netralitasnya), hanya memperhatikan rumor/pemberitaan, mencari informasi insider, memprediksi saham mana yang akan dikerek oleh bandar, clueless at all/asal beli. 


Apakah cara investasi seperti itu akan berhasil ? 

Kamis, 14 April 2022

Catatan Buku Atomic Habits Bab 1



 I am reading this book, i will make some notes..


BAB 1

Dasar-Dasar


Mengapa perubahan sangat kecil menghasilkan perbedaan besar


  • Komitmen tiada henti pada strategi "penghimpunan perolehan kecil" oleh Brailsford membawa kejayaan bagi British Cycling yang telah lama mengalami kemunduran hampir selama 100 tahun.


  • "Secara keseluruhan prinsip ini berasal dari gagasan bahwa jika anda mengurai segala sesuatu yang dapat anda pikirkan terkait dengan balap sepeda, dengan perbaikan 1% saja anda akan mendapatkan kenaikan yang signifikan ketika menerapkannya bersama-sama sekaligus" Brailsford
  • (Hal 18)

  • Kebiasaan adalah bunga majemuk dalam perbaikan diri.
  • Perubahan yang dihasilkan pada suatu hari tertentu mungkin terkesan kecil, tapi dampak yang terjadi setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun kemudian bisa dahsyat. (Tergantung perubahan ini perubahan yang baik atau buruk, keduanya membawa dampak baik atau kerugian yang luar biasa)
  • Tak penting seberapa sukses atau seberapa gagal kita saat ini, yang penting adalah apakah kebiasaan-kebiasaan kita menempatkan kita pada jalur menuju kesuksesan atau tidak.


Seperti Apa Kemajuan itu Sesungguhnya

  • (Hal 26 bawah)
  • Orang membuat beberapa perubahan kecil, tapi tidak dapat melihat hasil yang nyata, jadi ia memutuskan berhenti. 


Dataran Potensi Laten

  • Semua hal besar berawal dari yang kecil. Namun ketika keputusan itu diulang, kebiasaan berakar dan tumbuh makin kuat.

Lupakan Sasaran Berfokuslah pada Sistem

  • (Hal 29)

  • Pemenang dan pecundang memiliki sasaran yang sama. Orang sukses dan orang gagal memiliki sasaran yang sama, maka sasaran bukanlah pembeda bagi pecundang pemenang.

  • Meraih sasaran hanya perubahan sesaat. Kita mengira yang perlu diubah adalah hasil, padahal masalah tidak berada pada hasil tetapi pada sistem-sistem yang menuntun pada hasil tersebut

  • Sasaran membatasi kebahagiaan anda. Ketika kita jatuh cinta pada proses kita akan memberikan kesempatan berbahagia pada diri kita tanpa menunggu hasil. Hasil tidak mengecewakan kita karena kita bisa merasa puas kapanpun ketika sistem kita berjalan.

  • Sasaran tidak bersesuaian dengan kemajuan jangka panjang. Ketika semua kerja keras difokuskan pada sasaran tertentu, apa yang tersisa untuk mendorong maju setelah sasaran itu tercapai ?. Itulah sebabnya banyak orang kembali ke kebiasaan-kebiasaan lama setelah suatu sasaran tercapai.

  • Orang tidak bicara tentang kesuksesan tunggal. Orang bicara tentang siklus perbaikan yang tiada akhir dan terus-menerus. Akhirnya komitmen kita terhadap proses lah yang akan menentukan kemajuan kita. 


Sistem yang disebut Atomic Habits

.Yang membuat kebiasaan buruk sulit diubah adalah sistem. 

.Kebiasaan buruk terus berulang karena sistem yang salah.

.Atomic Habit adalah kebiasaan-kebiasaan kecil yang merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.