Selasa, 31 Mei 2022

Catatan Buku Value Investing Bab 4 (Lanjutan6)

 Memasukkan Saham yang Sangat Murah (PBV kurang dari 1 kali) ke dalam Watchlist

Ketika ada perusahaan yang valuasinya rendah, maka terkadang bukan karena perusahaannya jelek, tetapi sedang jelek, sebelumnya pernah memiliki kinerja bagus. Suatu saat ketika perusahaan mencatatkan kinerja yang baik kembali, sahamnya juga akan serta merta naik, bahkan sangat signifikan.

Bagi perusahaan yang sejak dulu tidak pernah mencatatkan kinerja bagus sekalipun, bisa sewaktu-waktu mencatatkan kinerja bagus, jika valuasi sahamnya sejak awal sudah sangat murah, sahamnya bisa melompat dengan cepat setelah LK (dengan kinerja bagus) dirilis. Pada momen seperti inilah investor meraup keuntungan yang sangat besar.

Dalam hal ini masukkan dalam watchlist, daftar yang berisi saham yang akan diperhatikan meskipun belum tentu akan dibeli. Cek kinerjanya di setiap kuartal, ketika kinerja mulai membaik, eksekusi.

Pada perusahaan "turn over" ketika kinerjanya  memburuk kembali, jika nilai investasi tidak terlalu besar, tidak sampai triliunan, maka akan lebih mudah untuk menjual kembali dan masih untung.

Jika kita investor besar, mewakili perusahaan, lebih baik fokus pada saham-saham yang memiliki future value. Namun jika kita investor ritel, kita bisa memiliki watch list berisi saham murah, meski tidak dibeli, rutin diperiksa tiga bulan sekali (setiap LK nya keluar), ketika kinerjanya membaik dibeli, tunggu sampai naik dengan sendirinya.


Bagaimana dengan Indikator Valuasi yang Lain ?

Price to Earning Ratio (PER)

?

Rasio harga saham terhadap EPS perusahaan dalam satu tahun.

EPS adalah singkatan dari earning per share, laba bersih per lembar saham, laba bersih perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar.

contoh :

Perusahaan A

laba bersih = 1.5 triliun

jumlah saham beredar = 5 miliar lembar

EPS = 1.5 triliun dibagi 5 miliar = 300 per saham

posisi harga saham A di pasar = 3000

PER = 3000 dibagi 300 = 10 kali

jika harga saham A naik menjadi 3500

EPS tetap 300

PER = 3500 dibagi 300 = 11.7 kali

jika saham A turun 2500

PER = 2500 dibagi 300 = 8.3 kali

Jadi dapat disimpulkan semakin kecil PER, semakin murah sahamnya

biasanya EPS sudah adda di LK, pilih EPS dilusi (dihitung berdasarkan jumlah saham terbaru).

Setiap kali perusahaan menerbitkan LK terbaru, EPS yang dijadikan dasar perhitungan juga harus diperbarui.

Jika LK yang terbaru bukan LK tahunan (kuartal 4) maka EPS nya harus disetahunkan dulu:

1. kuartal 1, EPS dikali 4

2. kuartal 2, EPS dikali 2

3. kuartal 3, EPS dikali 4/3

Penulis lebih suka melihat dari PBV karena lebih konsisten, dihitung dari nilai ekuitas

PER dihitung dari laba bersih dalam tahun tertentu, laba bisa naik turun secara signifikan setiap tahunnya.

PER hanya cocok untuk saham-saham blue chip, perolehan laba stabil.


Patokan PER:

1. Kalau PER diatas 14 kali, apapun alasannya jangan beli

2. PER kurang dari 10 kali, boleh beli

3. PER kurang dari 7 kali, saham Grade A, pokoknya beli !


Pada saat IHSG bullish, sulit menemukan saham blue chip dengan PER dibawah 14 kali, 

IHSG bearish, saham blue chip biasanya PER 7 kali atau bahkan lebih rendah, pada saat inilah para value investor bergerilya belanja saham.

Tetapi saham dengan fundamental buruk, meskipun PER kurang dari 5 kali, jangan dibeli.


Masih banyak indikator lain, tapi penulis lebih cenderung pada PBV dan jika perlu PER. Sebagaimana Warren Buffet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar